Kata-Kataku...

Menuliskan apa yang kita pikirkan, alami dan rasakan..



Senin, 24 Desember 2012

Bakti Seorang Ulama Buta pada Ibundanya

Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak [1] adalah salah seorang ulama negeri saudi saat ini. Saya ingin menyebutkan kisah betapa berbaktinya Syaikh kami terhadap ibundanya dan Syaikh hafidzahullah telah mencontohkan teladan yang sungguh ajaib dalam berbakti, terkhusus di zaman sekarang ini. Ibunda Syaikh telah wafat sekitar 5 tahun silam. Saya akan menyebutkan beberapa kisah dalam beberapa point berikut tanpa perincian yang luas:

1. Syaikh Abdurrahman Al Barrak hafidzahullah dikenal hanya sedikit pergi haji. Sebabnya adalah tidak adanya persetujuan ibundanya rahimahallah. Beliau mulai berhaji lagi sejak Ibunya lemah ingatannnya dan bercampurnya sebagian hal sehingga menjadi memberikan izin baginya untuk pergi haji

2. Syaikh Al Barrak tidak pergi safar kecuali setelah diberi izin ibundanya. Suatu waktu,terjadi suatu permasalah di kampung halaman beliau di Albakiriyah daerah Al Qosim. Penduduk daerah tersebut meminta Syaikh untuk datang agar membantu menyelesaikan masalah tersebut karena kedudukan Syaikh yang berpengaruh dikalangan mereka.

Maka Syaikh menyetujuinya untuk pergi asalkan dengan syarat jika diizinkan Ibunya.
Maka sebagian sebagian saudara ibunya berbicara kepada Ibu Syaikh, dan karena segan maka kemudian diizinkanlah Syaikh Al Barrak.Setelah saudara-saudara Ibunya pergi,maka sang Ibu berkata pada Syaikh Abdurahman bin Nashir Al Barrak : "Saya menyetujuinya karena mereka terus menerus meminta padaku".

3. Syaikh Abdurrahman dalam safarnya ke Mekah dalam liburan musim panas tidaklah terputus dari menelepon ibunya. Tidak kurang dari dua kali menelepon ibunya dalam sehari. Bahkan beliau sempat memutuskan pelajaran yang sedang disampaikan dimana saat itu kami sedang membacakan kitab pada beliau di Masjidil Haram, Syaikh menelepon ibunya dan kemudian disambung lagi pelajaran saat itu.

4. Ibunda Syaikh tidaklah terus menerus tinggal bersama Syaikh. Berpindah-pindah, terkadang tinggal di rumah Syaikh namun terkadang di rumah anaknya yang lain (saudara kandung Syaikh). Tatkala tinggal dirumah Syaikh, maka Syaikh Al Barrak tidak tidur dengan istrinya, tapi tidur bersama Ibunya dikamar Ibunya dengan maksud siap sedia memenuhi segala permintaan Ibunya.

5. Diantara bentuk memenuhi hajat Ibunya, adalah Syaikh Al Barrak senantiasa berdiri menuntun memegangi tangan ibunya, karena Ibunya sudah lambat dalam berjalan. Syaikh mengantar untuk pergi ke kamar mandi sampai ibunya duduk dikursi khusus baginya. Kemudian Syaikh menunggu hingga ibunya menyelesaikan keperluannya di kamar mandi, setelah itu Ibunya diantar lagi ketempat semula. Ini semua dilakukan Syaikh, walaupun ada anak-anak perempuan Syaikh dan istrinya.

6. Diantara bentuk bakti yang lain, Syaikh Abdurrahman Al Barrak hafidzahullah tidak pernah memutus kebiasaan Ibunya. Saya pernah membaca kitab dihadapan beliau disuatu hari dipelataran rumah beliau dipintu masuk khusus laki-laki. Pelajaran yang disampaikan Syaikh di sore hari biasanya tidak terputus kecuali apabila terdengar adzan maghrib. Tatkala menjelang adzan maghrib beliau meminta saya keluar dari rumah. Ini bukanlah kebiasaan Syaikh sebelumnya. Setelah Isya tiba-tiba Syaikh meneleponku di rumah, beliau meminta maaf dari kejadian dihari itu dan memberitahu bahwa dilakukannya hal tersebut karena Ibunya punya kebiasaan berwudhu untuk shalat maghrib di keran air disebelah pintu dimana kami tadi berada.

7. Syaikh Al Barrak sangat memperhatikan keinginan Ibunya. Adalah kebiasaan Syaikh bermajlis dengan tamu-tamunya hingga adzan tiba kemudian mereka keluar untuk sholat.

Namun jika sedang ada ibunya, maka Syaikh akan berdiri sebelum adzan tiba karena hal ini kesukaan Ibunya yang sholehah.

8. Tatkala semakin parah sakit yang dialami ibunya, maka Syaikh berusaha mengobatinya, beliau tidur bersamanya serta memberinya makanan dan minuman. Bahkan Syaikh kami ini apabila selesai sholat shubuh dari masjid, beliau menyiapkan minuman, kemudian memberikannya kepada Ibunya, atau terkadang mendinginkan minuman tersebut untuk ibunya. Semua ini dilakukan beliau dengan keadaan beliau yang buta matanya. Setelah itu beliau kembali ke masjid untuk menyampaikan kajian shubuh.

Disarikan dari tulisan Abu Muhammad Al Qohthoni di forum http://www. ahlalhdeeth.com/dengan sedikit penambahan

[1] Usia Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al Barrak hafidzahullah saat ini 78 tahun. Beliau sudah menjadi yatim sejak balita, yakni saat umur setahun. Diusia 10 tahun beliau terkena penyakit dimatanya sehingga tidak bisa melihat sampai saat ini.

Diantara guru beliau yang sangat berpengaruh adalah Al Allamah Asy Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah, dimana lebih dari 50 tahun belajar dengan beliau rahimahullah. Syaikh Ibn Baz seringkali meminta beliau untuk masuk lembaga fatwa namun ditolaknya. Syaikh bin Baz pun ridho pada Syaikh Al Barrak untuk menggantikannya berfatwa di Darul Ifta di Riyadh di saat musim panas tatkala paramufti pindah tempat ke kota Thaif, Syaikh Nashir Al Barrak ini dengan malu memenuhinya, namun itu dilakukan hanya dua kali, setelah itu ditinggalkannya.

Setelah wafat Syaikh Bin Baz, seringkali Syaikh Alu Syaikh mufti sekarang meminta dengan sangat agar beliau menjadi anggota lajnah ifta namun beliau keberatan untuk memutus pelajaran yang biasa beliau sampaikan di masjid.

Sumber: direktori-islam.com  ===>>>
Strawberry

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DI-COPAS atau DI-SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ...

our life

Holy Quran, A Complete code of Life

... I AM A SECOND WIFE .. (SAYA JADI ISTRI KEDUA) ...


 
 Ini adalah COPAS dari artikel yang aku dapat di FB.. 
 
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... Masa SMU wanita Amerika itu hancur tatkala dirinya hamil diusia 17 tahun. Ia terpaksa menjadi 'single mother' diusia muda. Namun hidupnya merasa nyaman setelah menjadi istri kedua seorang pria Muslim

Sekitar tiga bulan lalu, the Islamic Forum yang diadakan setiap Sabtu di Islamic Center New York kedatangan peserta baru.

Pertama kali memasuki ruangan itu saya sangka ia wanita Bosnia. Dengan pakaian Muslimah yang sangat rapih, blue eyes, dan kulit putih bersih. Pembawaannya pun sangat pemalu, dan seolah seseorang yang telah lama paham etika Islam.

Huda, demikianlah wanita belia itu memanggil dirinya. Menurutnya, baru saja pindah ke New York dari Michigan ikut suami yang berkebangsaan Yaman. Suaminya bekerja pada sebuah perusahaan mainan anak-anak (toys).

Tak ada menyangka bahwa wanita itu baru masuk Islam sekitar 7 bulan silam. Huda, yang bernama Amerika Bridget Clarkson itu, adalah mantan pekerja biasa sebagai kasir di salah satu tokoh di Michigan. Di toko inilah dia pertama kali mengenal nama Islam dan Muslim.

Biasanya ketika saya menerima murid baru untuk bergabung pada kelas untuk new reverts, saya tanyakan proses masuk Islamnya, menguji tingkatan pemahaman agamanya, dll. Ketika saya tanyakan ke Huda bagaimana proses masuk Islamnya, dia menjawab dengan istilah-istilah yang hampir tidak menunjukkan bahwa dia baru masuk Islam. Kata-kata "alhamdulillah"."Masya Allah" dst, meluncur lancar dari bibirmya.

Dengan berlinang air mata, tanda kebahagiaannya, Huda menceritakan proses dia mengenal Islam. "I was really trapped by jaahiliyah (kejahilan)", mengenang masa lalunya sebagai gadis Amerika. "I did not even finish my High School and got pregnant when I was only 17 years old", katanya dengan suara lirih.

Menurutnya lagi, demi menghidupi anaknya sebagai `a single mother' dia harus bekerja. Pekerjaan yang bisa menerima dia hanyalah grocery kecil di pinggiran kota Michigan.

Suatu ketika, toko tempatnya bekerja kedatangan costumer yang spesial. Menurutnya, pria itu sopan dan menunjukkan `respek' kepadanya sebagai kasir.

Padahal, biasanya, menurut pengalaman, sebagai wanita muda yang manis, setiap kali melayani pria, pasti digoda atau menerima kata-kata yang tidak pantas. Hingga suatu ketika, dia sendiri berinisiatif bertanya kepada costumernya ini, siapa namanya dan tinggal di mana.

Mendengar namanya yang asing, Abdu Tawwab, Huda semakin bingung. Sebab nama ini sendiri belum pernah didengar. Sejak itu pula setiap pria ini datang ke tokonya, pasti disempatkan bertanya lebih jauh kepadanya, seperti kerja di mana, apakah tinggal dengan keluarga, dll.

Perkenalannya dengan pria itu ternyata semakin dekat, dan pria itu juga semakin baik kepadanya dengan membawakan apa yang dia sebut `reading materials as a gift". Huda mengaku, pria itu memberi berbagai buku-buku kecil (booklets).

Dan hanya dalam masa sekitar tiga bulan ia mempelajari Islam, termasuk berdiskusi dengan pria tersebut. Huda merasa bahwa inilah agama yang akan menyelamatkannya.

"Pria tersebut bersama isterinya, yang ternyata telah mempunyai 4 orang anak, mengantar saya ke Islamic Center terdekat di Michigan. Imam Islamic Center itu menuntun saya menjadi seorang Muslimah, alhamdulillah!", kenang Huda dengan muka yang ceria.

Tapi untuk minggu-minggu selanjutnya, kata Huda, ia tidak berkomunikasi dengan pria tersebut. Huda mengaku justeru lebih dekat dengan isteri dan anak-anaknya.

Kebetulan lagi, anaknya juga berusia tiga tahun, maka sering pulalah mereka bermain bersama. "Saya sendiri belajar shalat, dan ilmu-ilmu dasar mengenai Islam dari Sister Shaima, nama isteri pria yang mengenalkannya pada Islam itu.

Kejamnya Poligami ...

Suatu hari, dalam acara The Islamic Forum, minggu lalu, datang seorang tamu dari Bulgaria. Wanita dengan bahasa Inggris seadanya itu mempertanyakan keras tentang konsep poligami dalam Islam.

Bahkan sebelum mendapatkan jawaban, perempuan ini sudah menjatuhkan vonis bahwa "Islam tidak menghargai sama sekali kaum wanita", katanya bersemangat.

Huda, yang biasanya duduk diam dan lebih banyak menunduk, tiba-tiba angkat tangan dan meminta untuk berbicara. Saya cukup terkejut. Selama ini, Huda tidak akan pernah menyelah pembicaraan apalagi terlibat dalam sebuah dialog yang serius.

Saya biasa berfikir bahwa Huda ini sangat terpengaruh oleh etiket Timur Tengah, di mana kaum wanita selalu menunduk ketika berpapasan dengan lawan jenis, termasuk dengan gurunya sendiri.

"I am sorry Imam Shamsi", dia memulai. "I am bothered enough with this woman's accusation", katanya dengan suara agak meninggi.

Saya segera menyelah: "What bothers you, sister?". Dia kemudian menjelaskan panjang lebar kisah hidupnya, sejak masa kanak-kanak, remaja, hingga kemudian hamil di luar nikah, bahkan hingga kini tidak tahu siapa ayah dari anak lelakinya yang kini berumur hampir 4 tahun itu.

Tapi yang sangat mengejutkan saya dan banyak peserta diksusi hari itu adalah ketika mengatakan: "I am a second wife." Bahkan dengan semangat dia menjelaskan, betapa dia jauh lebih bahagia dengan suaminya sekarang ini, walau suaminya itu masih berstatus suami wanita lain dengan 4 anak. "I am happier since then", katanya mantap.

Dia seolah berda'wah kepada wanita Bulgaria tadi: "Don't you see what happens to the western women around? You are strongly opposing polygamy, which is halaal, while keeping silence to free sex that has destroyed our people" ,jelasnya.

Saya kemudian menyelah dan menjelaskan kata "halal" kepada wanita Bulgaria itu.

"I know, people may say, I have a half of my husband. But that's not true", katanya. Lebih jauh dia menjelaskan bahwa poligami bukan hanya masalah suami dan isteri. Poligami dan kehidupan keluarga menurutnya, adalah masalah kemasyarakatan.

Dan jika seorang isteri rela suaminya beristeri lagi demi kemaslahatan masyarakat, maka itu adalah bagian dari pengorbanannya bagi kepentingan masyarakat dan agama.

Kami yang dari tadi mendengarkan penjelasan Huda itu hanya ternganga. Hampir tidak yakin bahwa Huda adalah isteri kedua, dan juga hampir tidak yakin kalau Huda yang pendiam selama ini ternyata memiliki pemahaman agama yang dalam.

Saya kemudian bertanya kepada Huda: "So who is your husband?" Dengan tertawa kecil dia menjawab "the person who introduced me to Islam". Dan lebih mengejutkan lagi: "his wife basically suggested us to marry", menutup pembicaraan hari itu.

Diskusi Islamic Forum hari itu kita akhiri dengan penuh bisik-bisik. Ada yang setuju, tapi ada pula yang cukup sinis. Yang pasti, satu lagi rahasia terbuka.

Saya sendiri hingga hari ini belum pernah ketemu dengan suami Huda karena menurutnya, "he is a shy person. He came to the Center but did not want to talk to you", kata Huda ketika saya menyatakan keinginan untuk ketemu suaminya.

"Huda, may Allah bless you and your family. Be strong, many challenges lay ahead in front of you", nasehatku. Doa kami menyertaimu Huda, semoga dikuatkan dan dimudahkan!

New York, 10 Mei 2006 ..

- Karya : M. Syamsi Ali -

Subhanallah .. !

.... Segala puji bagi Allah, yang dengan nikmat-Nya sempurnalah semua kebaikan ....

Barakallahufikum ....

Salam Terkasih ..
Dari Sahabat Untuk Sahabat ...

... Semoga tulisan ini dapat membuka pintu hati kita yang telah lama terkunci ...

~ o ~

Salam santun dan keep istiqomah ...

--- Jika terjadi kesalahan dan kekurangan disana-sini dalam catatan ini ... Itu hanyalah dari kami ... dan kepada Allah SWT., kami mohon ampunan ... ----

Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil Hikmah-Nya ...
Silahkan DICOPAS atau DI SHARE jika menurut sahabat note ini bermanfaat ....

#BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI#
------------------------------------------------
.... Subhanallah wabihamdihi Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa'atuubu Ilaik ...

My inspiration today